Iman memberi arah, ilmu memberi daya. Keduanya seperti dua sayap: tanpa salah satunya, kita hanya melompat—tidak pernah benar-benar terbang. Di era serba cepat, ketika konten berlomba merebut perhatian, anak muda Muslim justru butuh fondasi yang lebih kokoh: iman yang jernih dan ilmu yang benar.
Mengapa iman dulu?
Iman menata niat dan kompas moral. Rasulullah ﷺ bersabda, “Sesungguhnya amal itu tergantung niatnya.” (HR. Bukhari & Muslim). Ilmu tanpa iman bisa membuat manusia cerdas namun kehilangan arah; iman tanpa ilmu berisiko menjadi semangat tanpa pijakan. Al-Qur’an mengingatkan: “Janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak punya ilmu tentangnya.” (QS Al-Isrā’ 17:36). Iman memastikan ilmu kita mendekatkan pada Allah, bukan pada ego.
Mengapa ilmu meninggikan iman?
Al-Qur’an menegaskan: “Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat.” (QS Al-Mujādilah 58:11). Juga: “Katakanlah: Apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan yang tidak mengetahui?” (QS Az-Zumar 39:9). Ilmu membuat ibadah lebih khusyuk, akhlak lebih matang, dan kontribusi sosial lebih tajam. Karena itu doa seorang mukmin adalah: “Rabbi zidnī ‘ilmā—Ya Rabb, tambahkanlah kepadaku ilmu.” (QS Ṭāhā 20:114).
Kilas sirah: Jejak Nabi yang mendidik
- Wahyu pertama: “Iqra’.” Perintah awal kepada Rasulullah ﷺ bukan “berperang” atau “berdagang”, melainkan membaca (QS Al-‘Alaq 96:1–5). Ilmu diikat dengan “bismi Rabbik”—dibaca atas nama Tuhan, bukan sekadar data.
- Tawanan Perang Badar & literasi. Dalam sebagian riwayat sirah, tawanan Quraisy dapat ditebus dengan mengajarkan baca-tulis kepada pemuda Anshar. Ini pesan kuat: peradaban Islam membebaskan manusia melalui ilmu.
- Ahlus Ṣuffah di Masjid Nabawi. Rasulullah ﷺ membina komunitas belajar yang sederhana namun berpengaruh. Masjid menjadi ruang ibadah sekaligus pusat peradaban ilmu dan akhlak.
Bekal nash yang ringkas & mengena
- “Allah menganugerahkan hikmah kepada siapa yang Dia kehendaki…” (QS Al-Baqarah 2:269).
- “Demi masa… kecuali orang-orang yang beriman, beramal saleh, saling menasihati dalam kebenaran dan kesabaran.” (QS Al-‘Aṣr 103:1–3).
- “Maka bertanyalah kepada ahlul-ilmi jika kamu tidak mengetahui.” (QS An-Naḥl 16:43).
- “Barangsiapa menempuh jalan untuk mencari ilmu, Allah mudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR. Muslim).
- “Keutamaan seorang alim atas ahli ibadah seperti keutamaan bulan atas seluruh bintang.” (HR. Tirmidzi & Abu Dawud).
- “Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap Muslim.” (HR. Ibnu Majah; dinilai hasan oleh sebagian ulama).
Tantangan anak muda hari ini
- Banjir informasi, krisis verifikasi. Pegang prinsip Al-Isrā’ 17:36: cek sumber, rujuk ulama/ahli (An-Naḥl 16:43).
- Speed trap vs. depth. Algoritma mengejar cepat; Islam mengajarkan tatsabbut (ketelitian), tafakkur (merenung), dan hikmah (kebijaksanaan).
- Viralitas bukan validitas. Rasulullah ﷺ bersabda: “Siapa beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah berkata baik atau diam.” (HR. Bukhari & Muslim). Adab digital adalah bagian dari iman.
Peta jalan praktis: 30 hari menyatukan iman & ilmu
- Niat & doa harian. Mulai hari dengan “Allahumma innī as’aluka ‘ilman nāfi’an, rizqan ṭayyiban, wa ‘amalan mutaqabbalan.” (HR. Ibnu Majah).
- Iqra’ harian. 20–30 menit Qur’an + tafsir ringkas. Fokus pada ayat tentang akhlak, ilmu, dan amanah.
- Satu disiplin, satu proyek. Pilih satu tema ilmu dunia (teknologi, bisnis halal, desain, pertanian, dsb.) untuk dikuasai plus satu proyek kemaslahatan kecil (mis. kelas literasi di masjid/komunitas).
- Berguru & berhalaqah. Temukan mentor/ustaz/komunitas belajar. “Fas’alū ahladz-dzikr…” (An-Naḥl 16:43).
- Catat & ajarkan. Menulis merapikan pikir; mengajar meneguhkan ilmu. Minimal bagikan ringkasan pekanan (bukan sekadar repost).
- Etika digital. Verifikasi sebelum share, jaga adab komentar, hindari debat yang menumbuhkan ego.
- Amal & layanan. Ilmu yang hidup adalah yang mengalir ke orang lain: jadi relawan, open mentoring, atau bangun produk yang bermanfaat.
Rambu-rambu agar ilmu tetap “nafi’”
- Hindari kesombongan ilmiah. Qarun pernah berkata, “Aku diberi (harta) karena ilmu yang ada padaku.” (QS Al-Qaṣaṣ 28:78). Iman menjaga dari arogansi.
- Utamakan hikmah, bukan sensasi. Hikmah (2:269) adalah ilmu + adab + timing yang tepat.
- Sinergikan iman-ilmu-amal. Rumus Al-‘Aṣr (iman → amal saleh → nasihat kebenaran → nasihat sabar) adalah ekosistem tumbuh berkelanjutan.
Penutup: Mimpi besar yang membumi
Anak muda Muslim Indonesia ditunggu perannya: dari masjid-kampus-komunitas hingga startup dan kebijakan publik. Jadikan iman sebagai kompas, ilmu sebagai sayap, amal sebagai jejak. Mulailah hari ini dengan doa sederhana, kerja nyata, dan komitmen untuk terus belajar.
Rabbi zidnī ‘ilmā—Ya Rabb, tambahkanlah kami ilmu; lembutkan hati kami dengan iman; dan jadikan ilmu kami cahaya bagi banyak orang. Aamiin.
Catatan rujukan singkat:
QS Al-‘Alaq 96:1–5; QS Al-Mujādilah 58:11; QS Az-Zumar 39:9; QS Ṭāhā 20:114; QS Al-Isrā’ 17:36; QS Al-Baqarah 2:269; QS An-Naḥl 16:43; QS Al-‘Aṣr 103:1–3.
Hadits: HR. Bukhari & Muslim (niat; berkata baik atau diam); HR. Muslim (jalan ilmu dimudahkan ke surga); HR. Tirmidzi & Abu Dawud (keutamaan alim vs abid); HR. Ibnu Majah (talabul ‘ilmi fardhah; dinilai hasan oleh sebagian ulama).


